“ya entah, mungkin nggak suka modelnya, murahan, apa
nggak suka sama yang ngasih ya nggak tau juga” jawabnya
dengan rona wajah sedikit kecewa
“lha alesannya dia apa?”
“ya kalo dia bilang ya aku udah bakal tau”
“dia nggak bilang alesannya? Lha terus gimana
kok itu dikembaliin” tanyaku lagi
“nggak. Dia nggak ngasih tau alesannya. Itu
batik habis aku beli langsung tak taruh di kendaraannya, yah niatnya sih kasih
kejutan. Terus nggak tau gimana ceritanya dia justru naruh itu di lemari kerja
kami. Ditambah lagi sejak momen itu dia menjauhi aku”
Dalam hati aku
merasakan betapa perihnya perasaan yang didapatkannya. Mencoba bekerja untuk
mendapat uang, dimana uang itu dia tujukan untuk membelikan sebuah barang yang
mungkin tidak berharga bagi orang yang dia sayangi, tapi justru akhirnya
bersuasana tragis. Tak bisa aku bayangkan bagaimana berkecamuknya perasaan dia mendapati
keadaan yang seperti itu dimana dia yang sehari harinya sebagai orang jawa
tulen, sangat peka terhadap perasaan, sensitif, apalagi idiom orang jawa itu
kan orang jawa adalah tempatnya merasa.
“salahku apa?” katanya sambil
menutup mata dengan tangannya. Tampak airmata mengalir perlahan.
Tak mau melewatkan
momen itu, aku justru iseng iseng membuka file lagu yang ada di smartphonenya,
aku putar lagu Air Mata-nya Dewa19. Cocok banget sama momennya! Hahaha
“kamu kalo mau nangis, nangis aja. Nggak usah ditahan.
Aku sekarang tau virus sakitmu itu apa. Semoga habis kamu nangis, sakitmu bisa
hilang” jawabku sambil mengambilkan kotak tissu yang ada
disamping kasurnya dimana lagu Air Mata Dewa19 yang dinyanyikan once “menangislah.. bila harus menangis.. karena
kita semua manusia..” masih terus mengalun membuat suasana semakin
monumental untuk menangis.
“aku nggak tau bisa sembuh apa nggak, aku terlalu
sayang sama dia. Aku takutnya kalau sampa ajal dateng, bukan nama Tuhan yang
tak sebut, tapi justru namanya” katanya sambil masih menutup matanya.
“kamu nggak boleh bilang kayak gitu. Inget
ini, banyak cara orang menyampaikan terimakasih. Salah satunya adalah dengan
tidak berterimakasih. Mungkin dia masuk tipe yang itu” kataku berusaha
menghibur
Kami saling terdiam
untuk beberapa menit. Waktu sudah semakin larut malam dan aku pun mohon pamit
kepadanya
“cepet sembuh ya. Nggak usah
mikirin dia dulu. Sembuh dulu. Oke?” kataku sambil bersalaman dengannya
“makasih ya kamu masih mau
nengokin. Dan jangan lupa berterimakasihlah ke Tuhan karena telah mengajari
kita bagaimana cara untuk berterimakasih dengan baik..” jawabnya agak
bijaksana
Sesampainya dirumah
aku langsung berbaring dikasur dan mengingat lagi cerita sahabatku itu. Betapa
menyedihkannya balasan yang ia dapat dari pengorbanannya sendiri.
Ya Tuhanku Kekasih
hatiku, aku sangat berterimakasih atas pelajaran hidup yang telah Engkau
tunjukkan kepadaku dan kepada sahabatku kali ini. Semoga ini menjadi penebal
iman kami kepadaMu.
Terimakasih telah menjadikan kami sebagai insan yang mampu
menghormati orang lain, dan yang mau berterimakasih. Engkau tahu Tuhan, bahwa
sesungguhnya aku sangat tidak berani dan tidak berhak menolak apapun pemberian
orang lain kepadaku. Baik itu yang aku sukai maupun yang tidak aku sukai.
Karena aku tahu Tuhan, sebenarnya Engkaulah Yang Memberi, orang orang hanya
menjadi media perantaramu dalam memberiku sesuatu. Jadi alangkah angkuhnya aku apabila
aku menolak atas pemberian seseorang kepadaku, karena secara nyata aku juga
telah menolak apa yang menjadi pemberianMu, seolah olah aku tidak membutuhkan
pemberianMu.
Aku tidak akan menolak apapun yang diberikan kepadaku, karena aku
tidak mempunyai hak untuk menolak, justru aku akan sangat bersyukur dan
berterimakasih jika aku diberi sesuatu.
Ampunilah aku Tuhan
yang terlalu banyak meminta tapi kurang bersyukur, karena Sesungguhnya
Engkaulah sebaik baik pemberi kepadaku, dan PemberianMu adalah sebaik baiknya
pemberian untukku.