Dengan Menyebut Nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
sebuah kalimat yang menjadi awal pembukaan dari kompas terbaik untuk manusia dalam menjelajah topografi kehidupan dunia ini. Sebuah kalimat yang singkat namun sangat dalam maknanya bagi mereka yang mau merenungi dan berfikir.
Adakah rahasia Beliau membuat, menata kalimat tersebut untuk mengawali seluruh firmanNya? Setelah saya mencoba untuk mengupas dan merenungkan, dapat kita temukan sebuah konsepsi pemikiran yang luar biasa didalam peletakan dan peramuan struktur kalimat itu.
Dengan Menyebut Nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Jika kita menguraikan kalimat itu menjadi rangkaian kata kata, bisa kita kerucutkan menjadi :
- Dengan
- Menyebut
- Nama
- Allah
- Yang Maha Pengasih
- Lagi Maha Penyayang
Ada dua pemaknaan yang bisa didapatkan. ‘dengan’ yang digandengkan dengan kata yang dimaknai sebagai kata sifat, dan ‘dengan’ yang digandengkan dengan kata yang dimaknai sebagai kata kerja.
Pada saat kita mengamati dari kacamata pemaknaan kata ‘dengan’ yang digandengkan dengan kata sifat, maka akan muncul konsepsi tentang sebuah keadaan dimana dalam suatu kondisi, keadaan itu adanya terkuasai penuh oleh sebuah rasa yang menjadi fokus terhadapnya. Contohnya seperti gambaran ini, “Budi berjalan dengan gagah”, atau “Nenek menyanyi dengan riang hati”.
Ketika Budi berjalan, dia fokus berjalan, namun tidak sekedar berjalan, tapi berjalan dengan gagah, sehingga dia lebih menekankan fokus untuk gagah, gagah dalam berjalan. Sama dengan contoh nenek menyanyi dengan riang hati. Nenek itu menyanyi, namun tidak sekedar menyanyi, tapi menyanyi dengan riang hati, yang lebih tampak adalah keriangan hatinya dengan ditunjukkan lewat menyanyi. Sehingga ampak antara kedua hal tersebut saling bersatu.
Namun selain itu, kata “dengan” dalam konteks kalimat tersebut, bisa dimaknai dari penggandengannya dengan kata kerja (dengan menyebut), sehingga memunculkan orientasi akan hasil yang diperoleh atas keadaan yang terjadi dari kondisi yang disengajakan untuk dilakukan. Misalnya kita jadikan contoh seperti kalimat ini “dengan begadang meronda, para warga berhasil membuat takut pencuri yang akan beraksi” atau “dengan berkunjung ke rumah Pamannya, Ponijo mendapatkan uang saku”. Namun hebatnya, Allah ‘merahasiakan’ (sebenarnya tidak) orientasi hasil yang diperoleh atas keadaan yang akan kita lakukan dimana kita sebelumnya menyengajakan menyebut namaNya.
Ini benar benar konsep yang indah sekali. Beliau lebih memilih kata ‘Menyebut’ daripada kata ‘Mengingat’. Mengapa?
Pemaknaan kata ‘Menyebut’ itu dalam pemikiran penulis, jauh lebih besar efeknya. Seseorang yang ingat belum tentu bisa menyebut, namun jelas, seseorang yang bisa menyebut pastilah ingat. Sehingga Beliau menghendaki kepada kita untuk tidak sekedar meyakini dalam hati, namun juga menunjukkan dalam perbuatan. Ditampakkan dalam wujud nyata, yang sebenarnya menjadi bagian dari konsep iman, yaitu ‘meyakini dalam hati dan mengamalkan dalam perbuatan’
Lalu konteks selanjutnya, Beliau memilih kata ‘Nama’. Mengapa demikian? Mengapa Beliau tidak memilih kata ‘Sifat’ atau ‘Dzat’ atau ‘Kuasa’ dan sebagainya?
Jawabnya, karena seluruhnya (Sifat, Dzat, Kuasa, Kelebihan, Kemampuan, dll) sudah termaktub, terangkum, tertuang dalam namaNya. Ya kan? Hebat sekali Beliau menata struktur itu.
Setelah itu, kata selanjutnya. Dengan menyebut nama Allah. Disini Beliau menggunakan namaNya langsung. Mengapa Beliau tidak menggunakan kata ganti ‘Tuhan’? disini Beliau dengan hak dan kemuliaan serta kebesarannya memproklamirkan diriNya. Allah ialah nama Dzat Yang Maha Suci, Beliaulah Yang Berhak Disembah Dengan Sebenar-benarnya, Yang Tidak Membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya.
Ketika apabila kata yang digunakan itu ‘Tuhan’, orang orang yang tidak mempercayaiNya bisa memlagiat kalimat itu untuk mereka gunakan, karena konteks Tuhan itu bisa dibuat dan ditafsirkan bermacam macam oleh manusia yang tidak mempercayaiNya, tetapi dengan secara langsung memproklamirkan bahwa yang disebut itu adalah nama Allah, maka hilanglah kemungkinan kemungkinan penyalahgunaan yang dapat muncul.
Dan selanjutnya, ini merupakan bagian rahasia terunik bagi penulis. Beliau memiliki 99 nama Yang Mulia. Namun mengapa yang dipilih justru Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Tidakkah lebih gagah jika menggunakan Maha Perkasa? Atau Maha Agung?
Ar Rahmaan (Maha Pengasih): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, baik kepada yang percaya kepadaNya maupun kepada yang bahkan berani menantang kuasaNya.
sedangkan ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
----------------------------------
awalilah segalanya dengan menyebut namaNya, karena dengannya apapun yang kita awali akan selalu senantiasa berada dalam lingkup kesatuan kesadaran frekuensi denganNya yang akan menjadikan keberadaan dan kondisi kita dihujani dengan kasih dan sayangNya..