aku ada karena aku berfikir . .

*****

Rabu, 12 Desember 2012

Ragasukma, antara halusinasi dan kenyataan


'raga sukma' atau 'ngrogoh sukma' atau berjalan astral, dari kacamata budaya, perlu digaris bawahi bahwa sukma itu bukan nyawa. jika nyawa keluar tubuh itu jelas dipastikan tiada lain adalah mati. ada yang menyebutnya dengan Nur Muhammad yang disebut Ruh idhlafi yang merupakan akibat sukma dan ini merupakan kehendak dari Dzat Yang Maha Suci. 

Ilmu Meraga Sukma, atau banyak juga orang mengiistilahkanya sebagai Proyeksi Astral, Lepas Sukma, Pangaracutan, Proyeksi Mental, Out of Body Experience, bahkan Astral Projection, adalah suatu proses pelepasan sukma dari raga untuk melakukan perjalanan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. 

Proses ini bila sempurna maka semua rasa panca indera pelakunya dibawa keluar, sehingga sukmanya mampu mendengar, merasakan, melihat dan meraba lingkungan sekitarnya dengan sukma itu sendiri secara nyata. 

Penjelasannya bahwa Gusti Ingkang Purbawasesa telah memberikan suatu fasilitas dalam tubuh manusia untuk melakukan perjalanan ke penjuru langit dan bumi secara fisik (teknologi: ilmu pengetahuan) dan non fisik (energi: sukma) jika memang manusia itu memiliki kekuatan atau kemampuan.

Perlu diketahui, proses meraga sukma sesunggunya tidak melepas roh, tetapi hanya memproyeksikan energi pikiran yang disebut sukma. Kalau kita melepas roh bisa menyebabkan kematian. Sebab itu orang yang meraga sukma bisa menarik kembali energi pikiran yang melanglang buana sehingga dapat hidup kembali. Energi pikiran atau sukma ini secara otomatis akan kembali ke raga dalam kondisi tertentu, misalnya saja karena kaget, tertindih energi lain, dan sebagainya.


Sukma atau jiwa adalah kemampuan manusia yang bersifat metafisika. Sedangkan sukma atau jiwa ini sangatlah kompleks yang terdiri dari beberapa sub-sub penyusun. kalau penndapat saya pribadi kurang setuju bila hal tsb difatwa dengan status syirik. 

mengapa? 

karena selain alasan tadi, sepemahaman saya Nabiyullah Isa Alaihissalam dan Rasulullah Muhammad Shalallahu 'alaihiwassalam -dalam perspektif budaya- diangkat menuju ke Langit, bahkan bersama raga nya (bukan hanya sukma nya). jelas dalam hal keagamaan kita harus percayai bahwa ini adalah mu'jizat. manusia biasa jelas tidak mungkin bisa melakukan hal persis seperti ini, tetapi mungkin bisa melakukan tetapi dengan tingkatan yang sangat tidak sama. 

nah ketidak samaannya disini.




kata Tuhan:


"....Apabila Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengaran yang untuk mendengarnya, penglihatan yang untuk melihatnya, tangan yang untuk menamparnya dan kaki yang untuk berjalan olehnya. Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku benar-­benar memberinya. Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku benar-benar melindunginya..."
 


kalau Tuhan menjadi pendengaran kita, apa yang tidak bisa kita dengar?

kalau Tuhan menjadi pengelihatan kita, apa yang tidak bisa kita lihat?

kalau Tuhan menjadi tangan kita, apa yang tidak bisa kita lakukan?

kalau Tuhan menjadi kaki kita, apa yang tidak bisa kita inginkan?

kalau Tuhan benar benar akan memberi kita, apa yang akan Beliau tolak atas permintaan kita?

tidak ada yang mustahil bersamaNya..